BAB II
PEMBAHASAN
1.
IMPLIKASI
GLOBALISASI DAN DESENTRALISASI
Pembahasan mengambil dua sisi pandang, yaitu
bersifat makro yang sifatnya umum dan lebih banyak memasuki daerah kebijakan
atau policy, terutama yang terkait dengan kebijakan pemerintah pada tingkat
pusat dan daerah. Pembahsan memalui mikro terutama dikaitkan dengan aspek
implemtasi, khususunya yang terkait dengan pembaharuan dalam pembelajaran yang
terjadi pada tingkat sekolah dan kelas.
A. KRONOLOGIS PEMBARUAN PENDIDIKAN
1.
Proses sejarah
pembaruan pendidikan apabila dilihat dari fokus kepentingannya, dapat
ditapaktilas sejak lebih dari seribu tahun lalu(lihat Townsemd &
Otero,2000). Sekitar tahun 1000, boleh dikatakan focus pendidikan sangat
dikaitkan dengan kepentingan kaum aristokrasi, yaitu suatu kepentingan agar
kaum aristokrasi ini mampu memperkuat kekuasaanya, dan mempertahankan hak-hak
istemewa yang melekat pada dirinya sebagai seorang aristocrat. Mereka didik
secara individual atau kelompok kecil oleh tutor atau guru spesialis.
2.
Pada tahun
1850-an, pendidikan dituntut untuk melayani banyak orang. Namun, pelayanan ini
masih terbatas pada pendidikan yang sangat dasar, yaitu yang ditunjukan untuk
menyiapkan anak-anak samapi mereka mencapai umur yang layak untuk bekerja
sebagai buruh, melayani kepentingan local, khususnya kaum pemilik pabrik.
3.
Mulai tahun
1900-an, pendidikan mulai mengalami perubahan pusat perhatian, dari kepentingan
individu dan local, menjadi lebih luas lagi, yaitu kepentingan masyarakat atu
kepentingan nasional. Pelayanan pendidikan semakin beragam sesuai dengan
kepentinganya. Mereka dianggap lebih cocok untuk bekerja sebagai buruh di
pabrik dan di pertambangan diberikan pendidikan dasar. Mereka yang berminat dan
berbakat untuk bekerja dibidang seni, diberikan pendidikan kesenian dan
ketrampilan. Begitu pula mereka yang ingin jadi pemikir atau penemu bidang sain
dan teknologi, dan mereka yang ingin menjadi “boss”, pemimpin atau aristocrat
diberikan pendidikan yang sesuai dengan cita-citanya.
4.
Sekitar tahun
1980-an, tatkala ekonomi global mulai merebak dan memicu lahirnya pengembangan
teknologi yang berhasil mengubah wajah komunikasi dan pertukaran ilmu
pengatahuan, sekali lagi focus pendidikan mengalami perubahan. Pendidikan
meluas dari kepentingan local menjadi untuk kepentingan nasional. Pendidikan
untuk semua orang menjadi tema era iuni. Berlangsung hingga tahun 2000.
Perubahan darstis dalam
kurikulum tentu saja tidak dapat dielakan guna memenuhi tuntutan pembangunan
ekonomi nasional. Istilah baru yang menambahkan “nasional” bermunculan. Seperti
tujuan nasioanl, kurikulum nasional, standar nasional, system evaluasi, testing
dan ujiuan nasional. Kurikulum mengalami perampingan, agar waktu belajar dan
mengajar dapat difokuskan pada bidang studi yang dinilai menunjang pembangunan ekonomi
nasional.
5.
Berada dalam
melenium kedua, focus pendidikan kembali lagi mengalami perubahan. Focus
pendidikan yang serba nasional ternyata tidak lagi merupakan bekal yang cukup
untuk bersaing, bergaul, dan bekerja sama secara global dan internasional. Isu
yang berkenaan dengan hajat orang, seperti listerasi, kesehatan, lingkungan,
kesejahtraan dan kemakmuran, hak asasi manusia dan hak anak dan kaum wanita
tidak sepenuhnya lagi layak di hadapi secara nasional.
B. TANTANGAN BAGI PENDIDIKAN
Tiada yang abadi, kecuali perubahaan tidak ada yang
lebih cepat daripada perubahan yang cepat. Memasuki era globalisasi dan
perdagangan bebas, pendidikan menjadi sumber kritikan kerena dituding tidak
mampu mengikuti perubahan dan tuntutan sector ekonomi, perdagangan, dan industry.
Oleh karenanya, memasuki millennium kedua dan seterusnya, motto yang pernah
popular di tahun 1970-an, yaitu think
globally and act iccally dianggap sudah tidak sesuai lagi. Di era
globalisasi ini motto itu perlu diperluas
perspektifnya menjadi think and
act both locally and globally. Sejumlah Negara karena kurangnya sumber dan
waktu, akibatnya pembaruan pendidikan terkesan dilakukan secar tambal-sulam.
Tambal-sulam seoerti itu, sudah barang tentu tidak sesuai lagi. Minzey (1981)
mengibaratkan perubahan tambal-sulam itu melalui ungkapnya, seperti berikut
ini. “ that previous education reform had been similar to reanangin the toy in
the box, when what we really needs was a whole new box”
Dengan kata lain, saat ini masalah pendidikan tidak
dapat lagi dibaca semata-mata dari kacamata pendidikan, melainkan harus merujuk
pada isu-isu yang berada di kawasan non pendidikan, hal ini menegaskan kembali
betapa pentingnya pendidikan berbasis yang luas. mengenai betapa luasnya basis
pendidikan. Globalisasi memberikan visibility
yang khusus bahwa pendidikan harus mampu menciptakan knowledge society. Yaitu masyrakat yang berkeyakinan bahwa
pengatahuan dan ketrampilan manusia jauh lebih penting dari pada sumber alam,
material yang melimpah, dan bahkan modal sekalipun.
Titik pandang seperti ini, penting sekali anda
hayati. Pandangan ini mengingatkan kita sebagai guru bahwa betapa pun
terbatasnya fasilitas, bahan dan alat di sekolah dan kelas yang anda ajar, asal
pengetahuan dan keterampilan anda memadai maka kualitas pengajaran yang anda
sampaikan masih tetap dapat dipertanggung jawabkan.
Pemberdayaan atau empowerment pendidikan merupakan kebijakan dan tindakan yang amat
penting. Dalam era globalisasi, nasib kita ke depan, bukanlah sesuatu yang
dapat di tentukan lebih dulu (predetermined),
melainkan tergantung pada pilihan kita saat ini, yaitu pilihan yang sesuai
dengan proses globalisasi ke depan, termasuk keputusan desentralisasi yang
telah menjadi kesepakatan nasional.
Gelombang dan arus deras globalisasi tidak hanya
membawa perubahan yang radikal dalam teknologi dan komunikasi, tetapi juga
transformasi dalam hubungan antar penduduk di dunia. Difusi ilmu
pengetahuan dan informasi membawa dampak
dalam penyebaran kekuatan di antara Negara dan bangsa di dunia. Perubahan yang
radikal dalam ilmu pengetahuan dan informasi menciptakan peluang untuk
memajukan mutu kehidupan manusia dan masing-masing individunya.
Pendidikan menjadi sentral jika kita
menginginkan sukses menghadapi gelombang globalisasi. Bagi sebuah bangsa dan Negara
begitu pula bagi warga negaranya, pendidikan merupakan sumber utama pengetahuan
untuk mewujudkan keberhasilan dalam era ekonomi informasi baru. Pendidikan yang
baik dan kuat merupakan kunci sukses menuju kemakmuran ekonomi dan standar
hidup layak dan manusiawi.
Oleh karena itu, mutlak diperlukan
kebijakan dan tindakan yang strategis dan efektif untuk mendifusikan ilmu
pengetahuan. Difusi ilmu pengetahuan dari seseorang ke oank lainnya tidak akan
menyebabkan mengurangi kadar pengetahuan dan mereka yang membantu
menyebarkannya. Sebaliknya semakin besar gudang pengetahuan yang dimiliki oleh
suatu masyarakat maka akan semakin baik bagi kehidupan masyarakat dan warganya.
Pengetahuan lebih dari sekedar kendaraan
untuk melaju pada jalur ekonomi menuju kemakmuran. Pendidikan juga merupakan kendaraan utama untuk pemberdayaan warga
suatu bangsa, untukn mengembangkan institusi demokratis; untuk menciptakan
system operasi yang efektif dalam pemerintahan; untuk memerangi ketidakadilan;
untuk mengikis kemiskinan dan penyakit; untuk memelihara identitas cultural;
dan untuk memperkuat masyarakat yang berbasiskan kekuatan sipil (civil
society).
C. PEMBARUAN
PENDIDIKAN PADA TINGKAT MAKRO
Pembaruan pendidikan di Indonesia
sudah dilakukan berkali-kali. Ingatkah anda berapa kalikah kita telah
memperbarui kurikulum? Sedikitnya enam sampai tujuh kali. Begitu sering dan
luasnya pembaruan pendidikan di Indonesia niscaya kotak minzey, tidak akan
cukup untuk menampungnya. Penulis mengusulkan perumpamaan lain, yaitu dengan
sebuah mobil, pengemudi, penumpang, jalan raya dan rambu-rambunya, serta
lingkungan yang di lalui dan tujuan yang akan dicapai.
Ada kesan selama ini, pembaruan
pendidikan lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperbarui mobil
(kurikulum, bahan ajar, system evaluasi, perbaikan dan pengadaan gedung dan
alat). Kemudian, melatih pengemudinya (tenaga pendidikan, dan staf
administrasi). Penumpang di dalamnya (siswa, orang tua, dan pemakai lulusan)
tidak banyak disentuh dalam praktik kependidikan. Penumpang dibiarkan
berdesak-desakan di tengah hawa mobil yang pengap, kadang diperburuk lagi oleh
asap rokok dari para perokok yang hanya memikirkan kesenangan dirinya tanpa
menghiraukan bahaya yang mereka timbulkan terhadap penumpang di sekitarnya.
Terkait dengan tujuan (tujuan
pendidikan, tujuan sekolah, tujuan kelas, dam pembelajaran). Masih banyak supir
yang tidak tahu ke mana mobil dan penumpangnya akan dibawa. Lebih parah lagi,
penumpangnya sendiri belum terbiasa untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka
karena berpuluh-puluh tahun mereka terbiasa mengatakan “terserah yang membuat
mobil dan pak supir saja”. Para penumpang ini tidak dikondisikan untuk
menyampaikan dan menegaskan tujuan mereka dengan terbuka. Maka, apabila :
1. Kurikulum
(mobil) kita tidak layak;
2. Guru
(sopir) kurang berkualitas;
3. Siswa,
orang tua, pemakai tenaga lulusan (penumpang) belum berperan aktif;
4. Dukungan
masyarakat dan pemerintah (jalan raya dan alam sekitar) minim;
5. Visi,
filosofi dan tujuan pendidikan (tempat tujuan) belum terumuskan dan disepakati
oleh semua pihak, dapatkah anda membayangkan apa yang bakal terjadi dengan SDM
Indonesia?
D. REFORMASI
Mengumpamakan repormasi pendidikan
dengan mobil, supir, penumpang, jalan raya serta lingkungannya, dan tempat yang
hendak dituju dalam sebuah perjalan tidaklah dimaksudkan untuk menyederhanakan
reformasi pendidikan. Kita semua tahu, mereformasi pendidikan bukanlah suatu
upaya yang sederhana. Perumpamaan itu hanya sebatas maksud untuk
memvisualisasikan isu-isu pokok dalam pendidikan.
1. Jalan
raya dan lingkungan pendidikan
Sebuah real estate yang bonafide,
bijaksana dan berpandangan ke depan, sebelum ia memmbangun rumah, bahkan
sebelum melakukan pemasaran, ia membuat sarana jalan, menyiapakan jaringan
listrik, telepon, saluran air, dan saluran pembuangan limbah kotoran manusia,
serta menata lingkungan sekitarnya supaya kelihatan serasi, menarik, nyaman,
dan aman. Bahkan, ada yang mengundang pabrik untuk menyampaikan saran-saran perbaikan. Jalan raya dan
lingkungan yang asri, aman, nyaman dan terkendali dalam kontek pendidikan,
dapat diibaratkan system makroyang langsung atau tidak langsung terkait untuk
mengembangkan mutu dan pelayanan serta hasil pendidikan.
Bagaiman mungkin pendidikan
Indonesia bias berkembangjika kebijakan dan praktik-praktik di tanah air
sebagaimana yang dielustrasikan oleh Editorial Media (3 Mei 2001). “ pendidikan
di imndonesia adalah kunci dunia yang sepi dan terbuang. Ia seperti ditakdirkan
untuk menderita sendirian dan menanggung kemasgulan dari penguasa satu
kepenguasa lain. Hal yang amat menyedihkan, direpublik ini dalam kesulitan
ekonomi yang amat gawat sekalipun, politik selalu bias dengan mudah menarik
orang ramai untuk mendanainya. Sementara itu, pendidikan dalam keadaan ekonomi
amat bagus pun, dia tetap dalam papan”.
Tak kurang pentingnya adalah
kebijakan dalam merekrut tenaga kerja baik disektor pem,erintah maupun swasta.
Kebijakn dan praktek rekrutmen terkesan kolusi dan nepotisme, sungguh merupakn penyakit
kangker yang mematikan pendidikan. Seorang lulusan pendidikan yang tidakperlu
lagi berbekal ilmu pengatahuan, ketrampilan dan sikap yang terpuji untuk
mendapatkan pekerjaan. Sebaliknya yang lulusan dengan hasil yang baik, tidak
pernah yakin akan mendapatkan pekerjaan yang ia minati. System dan praktek
rekrutmen tenaga kerja cendrung menggunakan pendekatan personal daripada
professional, langsung atau tidak langsung telah menjatuhkan kualitas
pendidikan.
Begitulah halnya dengan dunia
pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah
semata-mata bersal dari pendidikan sendiri tetapi lebih banyak dan kuat bersal
dari lingkungan sekitarnya. Lemahnya dukungan terutama dukungan politik
kurangnya kaitan antara kebijakan di bidang ekonomi, keuanganan, investasi,
perpajakan, rekrutmen tenaga kerja, system uypah dan penggajihan, pengembangan
karier, dengan pendidikan itulah yang menjadi factor mengapa dunia pendidikan
sukar berkembang (A. Djalil 1999) .
2. Pengemudi
pendidikan.
Guru dan kepala sekolah adalah
pengemudi pendidikan di lapangan. Semestinya mereka ini direkrut dari calon
pengemudi yang berbakat,cerdas dan bertanggung jawab. Creby (1970) mengamati teacctive for bright students (profesi
gru tidak menarik bagi siswa yang cerdas). Hal yang sama juga diungkapkan dalam
Sektor Review (1986). Ketiga SPG masih ada, siswa-siswa yang cerdas dan
berbakat jarang yang memilih SPG. Pilihan utama mereka dalah SMA Negri, pilihan
kedua SMA swasta yang ternama, pilihan ketiga adalah STM yang sekarang berubah
menjadi SMK dan pilihan terakhir baru SPG. Pembaruan pengemudi pendidikan harus
dilakukan mutu pendidikan ditingkatkan. Harus ada keputusan politik, keuangan
dan anggaran serta ketenagakerjaan yang dimaksudkan untuk menjaring dan
menyaring calon tenaga pendidik.
Rekrutmen, seleksi, pelatiahan,
dan induksi guru denagan tingkat pedagogical
dan life skill yang tinggi merupakan
tanggung jawab yang besar bagi suatu bangsa. Profesi guru harus diduduki oleh
mereka yang mempunyai pribadi yang terpuji dan merupakn role models bagi kaum muda. Pilihan untuk perbaikan sesungguhnya sudah jelas jika kita
berkaca pada pengalaman masa lalu. Dukungan untuk memperkuat lembaga pendidikan
guru hendaklah dijadikan prioritas nasional. Pemerintah harus berani mengambil
keputusan untuk investasikan APBD dan APBN, antara lain dalam bentuk TID yang
besarnya tidak cukup menarik untuk mendorong kompetesi di kalangan lulusan SMU
dan SMK. Memalui TID akan terjaring lulusan yang terbaik yang berminat untuk
meneruskan lembaga pendidikan guru.
Kebijakan ini melahirkan
guru-guru dan kepala sekolah yang tanggung, dengan mereka lah kita berharap
pembaruan pendidikan. Terutama pembaruan pembelajaran dapat terjadi. Dari
mereka pulalah kita dapat berharap untuk melahirkan lulusan atau SDM yang juga
bermutu tinggi. Dengan SDM yang bermutu tinggi ini pulalah, Indonesia membangun
dan mengembangkan sector industry, perdagangan, pertanian dan jasa yang tangguh
yang pada giliranya pasti akan meningkatkan GDP dan GNP rakyatnya. Membenahi jalan
raya dan lingkunganya, serta mendidik dan melatih para pengemudi harusnya
menjadi prioritas utama. Idealnya, bahkan tinggi sklanya daripada sector-sektor
lainya.
3. Mobil.
Dengan jalan raya dan lingkungan
yang kondusif dan pengemudi yang tangguh maka dengan mobil (kurikulum, bahan
ajar, dan teknik serta media pembelajaran)seadanya pun kita masih dapat
berharap penumpangnya akan sampai tujuan. Artinya jika dukungan politik dan
kebijakan makro yang diambil oleh pemerintah itu didukung, dan guru-guru kita
direkrut dengan cara professional maka betapa punbelum sempurnanya kurikulum,
kita masih dapat berharap akan terjadi perubahan yang positif dan signifikan
pada anak didik kita. Supir (guru) yang handal bahkan adakalanya mampu
memperbaharui mobil (kurikulum) yang ia bawa. Sementara itu, sesuai dengan
kemampuan ekonomi secara bertahap kita mulai meng-upgrade mobil (kurikulum, bahan ajar, dan media pembelajaran) yang
ada dan dengan semakin membaiknya
ekonomi-keuangan, kita mampu membeli mobil-mobilan yang baru (kurikulum
yang baru) yang lebih canggih. Bukankah pengalaman telah mengajarkan kepada
kita, walaupun mobil (kurikulum dan bahan ajar, dan teknik serta media
pembelajaran) yang ada telah kita upgrade
berkali-kali, namun dengan kemampuan dasar pengemudinya (guru, kepala sekolah)
yang terbatas sehingga saat ini kita menyaksikan hasil yang kita harapkan.
4. Penumpang
dan Tujuan.
Penumpang terpenung pertama adalah
siswa. Penumpang kedua terpenting adalah orang tua siswa, dan yang terpenting
ketiga adalah pemakai lulusan. Supir (guru) yang bijak dan mobil (kurikulum,
bahan ajar, dan teknik serta media pembelajaran) yang bagus harus membawa
ketiga jenis penumpang ini bersama-sama dalam satu mobil. Dengan demikian,
terbuka luas dialog antara penumpang dengan supir dan di antara penumpang itu
sendiri. Melalui dialog ini diungkapkan tujuan masing-masing penumpang sehingga
supir mengerti tujuan mana yang merupakan tujuan bersama dan tujuan mana pula
yang merupakan tujuan yang unik dari masing-masing penumpang. Dari hasil dialog
ini dapat diputuskan apakah masih akan menggunakan mobil atau supir yang sudah
ada atau memperbaiki mobil atau melatih kembali supir atau mengganti salah satu
atau kedua-duanya.
Lahirnya gagasan yang di beri nama dewan
pendidikan, komite sekolah, manajemen berbasiskan sekolah (MBS), pada dasarnya
dimaksudkan agar dialog yang sehat, konstruktif dan produktif, sebagaimana yang
dikemukakan di atas dapat terjadi. Uraian tambahan mengenai MBS ini juga dapat
anda baca pada “pembaruan pendidikan pada tingkat mikro”.
Anak didik, orang tua dan pemakai
lulusan (penumpang) berharap agar guru (pengemudi) dengan kurikulumm, bahan
ajar, dan teknik serta media pembelajaran (mobil) yang dipercayakan kepadanya
harus mampu memberikan layanan yang memuaskan, dari segi intelektual, fisikal,
emosional, social dan spiritual. Dimensi afektif pengembangan perasaan, harus
mendapatkan perhatian yang lebih besar.
Pendidikan harus mampu menjadikan setiap
anak didik menjadi calon pemimpin untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat,
bangsa dan Negara. Menurut Goh Cok Tong, perdana menteri singapura, seorang pemimpin yang baik harus
mempunyai 5 C yang andal, yaitu Character atau sifat dan tabiat, Capability atau kemampuan professional, Compassion atau perasaan haru, simpati,
tidak tega melihat kesusahan, penderitaan, kemelaratan dan kebobrokan, kedinaan
(termasuk KKN), Conviction atau
pendirian yang teguh (konsisten), dan Commintment
atau tekad untuk menepati janji, ikrar atau sumpah ketika ia dilantik sebagai
pemimpin.
Sekali lagi, pendidikan dengan basis
yang luas sangat diperlukan untuk menghasilkan warga dan calon-calon pemimpin
sebagaimana digambarkan oleh Perdana Menteri Singapura.
E. PEMBARUAN
PENDIDIKAN TINGKAT MAKRO
Dengan pengibaratan di muka,
mudah-mudahan perencana dan pembuat mobil (pengambil kebijakan, pengembang
kurikulum, bahan ajar, teknik dan media pembelajaran) dan pengemudi (kepala
sekolah dan guru) akan memperoleh gambaran mengenai bagaimana agar penumpang
selamat, puas, damai dan bahagia selama mereka mengikuti dalam perjalanan.
Lebih-lebih lagi ketika mereka sampai di tempat tujuan. Lebih lengkap lagi jika
mereka merasa tetap puas walaupun mereka telah meninggalkan mobil dan
pengemudinya.
1. Prinsip
yang menggarisbawahi pembaruan pembelajaran.
Peran guru dilukiskan sebagai
pemimpin, pembimbing, mendorong, membantu, membidani, memilihara, dan
mendukung. Kalau peran-peran itu yang harus dilaksanakan oleh guru sebagai
pendidik dilaksanakan maka dia layak disebut sebagai pembaru dalam
pembelajaran. Kini kita maklumi betapa mulianya tugas sebagai seorang pendidik.
Menjuadi guru masa kini perlu memberi bentuk baru dalam hubunganya dengan anak
didiknya, yaitu dari bentuk power
relationship ke bentuk shared
relationship, yaitu dari posisi mengontrol ke posisi kerja sama. Isu
yangkritikal dalam pendidikan bukan lagi bagaimana agar guru mampu mengontrol
kelasnya, tetapi bagaimana agar anak didik kita terlihat langsung dalam
pembelajaran. Ini termasuk prinsip penting sebagai landasan menuju pembaruan
pembelajaran.
Prinsip ini mengingatkan kita bahwa anak didik
kita hanya tertarik untuk ikut aktif dalam pembelajaran jika pengajaran kita
relevan. Pengajaran yang kita sampaikan hanya akn relevan jika dihubungkan
dengan konteks social, di mana kita hidup saat ini. Inilah beberapa kiat
bagaimana sebaiknya anda bersikap dan bertindak, agar siswa anda terlibat aktif
secara konstruktif dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bagaimana agar
terjadi efektif (Townsed & Otero,
1999).
Pembelajaran terjadi pada
puncaknya jika ekspektasi atau harapan dipusatkan pada keberhasilan (lihat juga
A. Djalal, 1984).
o Rasa
takut bukanlah pemicu belajar yang efektif.
o Perubahahan
harus diyakini sebagai sesuatu yang selalu mungkin dicapai.
o Control
hanyalah suatu ilusi.
o Saling
tergantung atau “interdependensi merupakan kunci menuju sukses”.
2. Gambaran
sekolah masa mendatang.
Townsend (1998) ketika dia
membayangkan bagaimana baiknya sekolah di masa mendatang. Saya terjemahkan
secara bebas, seperti berikut ini.
“dalam pandangan saya pendidikan
terbaik yang kita harapakan bagi anak-anak kita, bagi keluarga kita…adalah
pendidikan local, yaitu yang berakar dari masyarakat setempat, dan juga global,
yang menyediakan akses terhadap sumber ilmu pengatahuan di seluruh dunia.
Pendidikan yang berpijak di masyarakat, di mana saya hidup, tetapi juga
menghadirkan sebuah dunia yang menjanjikan kemungkinan yang hanpir tampa batas.
Sifatnya education dan juga social. Pendidikan itu memberikan saya butuhkan
sekarang dari memungkinkan saya untuk akses lagi, di belakang hari, jika ada
ketrampilan yang saya perlukan. Setiap saat, dimana pun saya berada di muka
planet ini, saya selalu ditautkan dengan pendidikan. Anak-anak seusia saya,
seluruh keluarga saya, tetangga saya, dan teman-teman saya dapat berpartisifasi
dengan saya. Kami menginginkan agar sekolah yang terbaik ada didaerah kami.
Pendek kata, lembaga yang baru ini menjadi fasilitas masyarakat dan dalam saat
tertentu juga digunakan bagi pendidikan anak-anak lembaga pendidikan yang baru
ini juga dimaksudkan untuk menggantikan sekolah yang berfungsi sbagai fasilitas
masyarakat, yangpada masa lalu hanya dipakai sekaliu-kali untuk pendidikan
anak”.
Menurut Townsend dan Otero (1999) pembaruan
pendidikan dan pembelajaran hendaknya diduduki di atas empat pilar, yaitu
sebagai berikut :
a. Pendidikan untuk keberlangsungan hidup.
a. Pendidikan untuk keberlangsungan hidup.
o Literasi
dan numerasi.
o Kemampuan
teknologi.
o Ketrampilan
komunikasi.
o Kemampuan
dalam menyusun dan mengembangkan rencana.
o Ketrampilan
berpikir kritis.
o Penyesuaian
diri atau adaptability.
b. Pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita di
dunia.
o Tukar-menukar
gagasan.
o Pengalaman
kerja dan sikap wiraswata.
o Kesadaraan
dan apresiasi terhadap budaya.
o Pengembangan
social, emosial, dan fisikal.
o Kemampuan
berkreasi.
o Berwawasan
luas dan berpandangan terbuka.
o Kesadaran
bahwa ada hak seseorang untuk menentukan pilihanya.
c. Pemahaman tentang hakikat masyrakat, yaitu
bagaiman diri kita dan lainya saling terkait.
o Kemampuan
untuk bekerja sama suatu tim.
o Kajian
kewarganegaraan.
o Pengabdian
masyarakat.
o Pendidikan
masyarakat
o Kesadaran
global.
o Mengembangkan
asset siswa (misalnya kemampuan, mkecerdasan, hoby yang telah dimiliki siswa)
d. Pemahaman terhadap tanggung jawab diri, yaitu
memahami bahwa setiap anggota masyrakat dunia membawa tanggung jawab dan
hak-haknya masing-masing.
o Kometmen
terhadap pengembangan diri melalui proses belajar seumur hidup.
o Pengembangan
system nilai diri.
o Kemampuan
kepemimpinan.
o Kometmen
terhadap pembbangunan masyarakat dan perkembangan global.
o Kometmen
terhadap kesehatan diri dan kesehatan masyrakat.
Sekali lagi anda melihatapa pentingnya pendidikan
dengan basis luas. Secara singkat, jika dikaitkan dengan pembaruan pembelajaran
maka proses pembelajaran masa kini dan yang akan dating harus diarahkan untuk :
o Mengembnagkan
collaborative learning atau
pembelajaran kolaborasi pada tingkat local, nasional dan global.
o Menerima
dan menerapkan konsep belajar seumur hidup.
o Mengembangkan
learning communities of learners
(masyarakat yang gemar belajar, bukan sekedar kumpulan para pembelajar).
o Menekankan
keterampilan proses lebih tinggi daripada sekedar penguasaan ilmu lyang psepik,
lebih menekankan ketrampilan pada jenjang yang lebih tinggi daripada sekedar
penguasaan factual.
3. Riset
tentang pembeljaran yang efektif.
Pembaruan
pembelajaran, selain dilandasi oleh prinsip yang filosofis, haruslah juga
dilandasi oleh temuan-temuan empiris, yaitu riset yang memusatkan kajianya pada
sekolah. Scheerene (dalam Townsend dan Otero, 1990) mengidentifikasi empat
kategori besar reset persekolahan.
a. Mengkaji
outcomes pendidikan.
b. Mengkaji
fungsi produksi pendidikan.
c. Mengkaji
sekolah yang efektif.
d. Mengkaji
instruksional yang efektif.
Katagori pertama biasanya
mengkaji hubungan antar latar belakang social-ekonomi siswa dengan hasil
belajar. Katagorikedua biasanya mengkaji hubungan antara input (sarana,
prasarana, alat dan kelengkapan dll) dengan hasil belajar. Katagori ketiga
ditujukan untuk membuka kotak hitam atau black box, apakah anda ingat akan guna
black box bagi sebuah pesawat ? jika pada pesawat terbang jatuh pasti yang
dicari-cari black box karena disitulah terekam informasi mengenai pesawat
tersebut jatuh, begitu pula dengan pendidikan. Dikelas lah banyak terekam
informasi mengenai mengapa mutu pendidikan dan pengajaran kita kita jatuh
terjerembab. Kelas itu di ibaratkan black box. Kategori keempat bahkan lebih
dalam lagi memasuki kotak hitam kelas karena memusatkan perhatianya untuk menemukan
cara-cara mengajar (instryction strategis)
yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar.
4. Sekolah
yang efektif dan berkembang.
Sebagai
sekolah yang efektif dan berkembang. Kita harus mengingat ciri-ciri yang
disampaikan oleh Caldwell dan Spink itu tidak otomatis sama dengan cirri-ciri
yang terkandung dalam pembaruan pembelajaran. Apa yang disampaikan oleh mereka
berdua dapat kita pakai sebagai konsep dan cirri yang menggarisbawahi pembaruan
pembelajaran.
a. Kurikulum.
1. Sekolah
mencantumkan dengan jelas tujuan pendidikan yang akan dicapai
2. Sekolah
mempunyai rencana yang baik disertai dengan program yang berimbang dan
terorganisasi, ditujukan untuk memenuhi apa yang diperlukan oleh peserta didik.
3. Sekolah
mempunyai program yang dimaksudkan untuk memberikan ktrampilan pada anak didik.
Adanya keterlibatan orang tua yang tinggi dalam kegiatan belajar siswa.
b. Pengambilan
keputusan.
1. Adanya
keterlibatan yang tinggi di kalangan staf dalam mengembangkan tujuan sekolah.
2. Guru-guru
dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
3. Adanya
keterlibatan yang tinggi dari masyrakat dalam pengambilan keputusan.
c. Sumber.
1. Adanya
sumber yang menandai di sekolah sehingga memungkinkan stf untuk mengajar dengan
efektif.
2. Sekolah
mempunyai guru yang capable dan bermotivasi
tinggi.
3. Tingkat
melanjutkan sekolah tinggi dan daya serap lapangan kerja tinggi.
d. Hasil
belajar.
1. tingkat
drup out rendah.
2. Nilai
tes menunjukan tingkat pencapaian yang tinggi.
3. Tingkat
melanjutkan sekolah tinggi dan daya serap lapangan kerja tinggi.
e. Kepemimpinan.
Adanya kepala sekolah yang :
1. Mau
bertanggung jawab dan mengelola sumber daya dengan efesien.
2. Menjamin
sumber daya teralokasikan sesuai dan konsisten dengan kepentinganpendidikan.
3. Respon
dan supportive terhadap kepentingan guru.
4. Peduli
dengan perkembangan profesional.
5. Mendorong
keterlibatan staf dalam program pengembangan professional dan menjadikan
program ini sebagai peluang bagi guru untuk menguasai keterampilan yang mereka
perlukan.
6. Menaruh
perhatian yang tinggi mengenai apa yang sedang terjadi disekolah.
7. Membangun
relasi yang efektif dengan depdiknas atau dinas pendidikan, masyrakat, guru dan
siswa.
8. Mempunyai
gaya administrative yag luwes.
9. Bersedia
menanggung resiko.
10. Memberikan
umpan balik yang bermutu pada guru.
11. Menjamin
adanya kaji ulang yang kontinu terhadap program sekolah dan melakukan evaluasi
kemajuan program kea rah pencapian tujuan sekolah.
f. Iklim.
1. Sekolah
mempunyai seperangkat nilai etika-moralitas dan etos yang dianggap penting.
2. Kepala
sekolah, guru dan siswa menunjukan kepedulian dan loyalitas terhadap tujuan
sekolah dan nilai-nilai.
3. Sekolah
menjanjikan lingkungna dan suasana yang menyenangkan, menggairahkan, dan
menantang bagi guru dan siswa.
4. Adanya
iklim saling menghargai dan saling mempercayai sesame dan di antara guru dan
siswa.
5. Adanya
iklim saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka di sekolah.
6. Adanya
ekspektasi terhadap semua siswa bahwa mereka akan berlaku sebaik-baiknya.
Adanya komutmen yang kuat untuk belajar sungguh-sungguh.
7. Kepala
sekolah, guru dan siswa mempunyai semangat yang tinggi untuk mencapai prestasi
balajar yang tinggi.
8. Adanya
morale (semangat juang) yang tinggi
di kalangan siswa.
9. Parta
siswa saling menaruh respect terhadap
sesamanya dan terhadap barang-barang milik mereka.
10. Adanya
kesempatan bagi siswa untuk mengambil tanggung jawab di sekolah.
11. Adanya
displin yang baik di sekolah.
12. Jarang
sekali ada kejadian yang menuntut staf administrasi senior untuk turun tangan
menertibkan pelanggran disiplin yang dilakukan siswa.
13. Adanya
tingkat kemangkiran yamg rendah dikalangan siswa.
14. Adanya
tingkat mengulang kelas yang rendah.
15. Adanya
tingkat kenakalan anak yang rendah.
16. Adanya
morele (semangat juang) yang tinggi
bagi guru.
17. Adanya
tingkat per satuan (cohesivesnes) dan
semangat yang tinggi di kalngan guru.
18. Adanya
tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan guru.
19. Sedikit
sekali permohonan untuk pindah dari guru ke sekolah lain.
5. Ciri-ciri pembelajaran yang disarankan.
Sebagai
tambahan ciri-ciri diatas, berikut ini saya sajikan peran sekolah dan guru yang
terkait dengan siswa.
a.
Memberikan pemahaman mengenai factor-faktor yang berpengaruh di dalam
mengembangkan pandangan hidup siswa.
b.
Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang penting guna
berpartisipasi dalam proses politik.
c. Mengembangkan sikap cinta belajar dan
mewujudkannya di dalam setiap kegiatan
yang terjadi sepanjang hidup.
d. Mengembangkan bakat kreatif siswa secara
penuh dalam berbagai bidang kesenian.
Khusus
yang terkait dengan pengalaman belajar, sekolah dan guru serta pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan dituntut untuk bekerja sama dalam hal berikut
ini.
a. Menjamin
agar semua siswa mengalami dalam penggunaan dan pemahaman makna serta
pengembangan bahasa melalui cerita, sajak, drama dan kegiatan lainnya yang
terkait.
b. Menjamin
bahwa pembelajaran sedapat mungkin berlangsung melalui pengalaman langsung.
c. Menyediakan
peluang bagi semua siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka.
d. Memberikan
pengalaman bagi siswa yang mempunyai hambatan khusus agar mampu mengatasi
hambatan yang mereka miliki.
Khusus
yang terkait dengan manajemen sekolah, kepala sekolah dan guru disarankan
untuk:
a. Menyediakan
berbagai peluang bagi orang tua siswa untuk melibatkan mereka dalam
kegiatan-kegiatan sekolah;
b. Mengembangkan
system penghargaan sesuai dengan umur siswa sebagai pengakuan atas prestasi
istimewa yang mereka capai;
c. Mengelola
sekolah dengan cara-cara yang merefleksikan keberlangsungan keterlaksanaan
kurikulum;
d. Menciptakan
cara-cara agar pemberian informasi kepada orang tua mengenai hal-hal yang
terkait dengan sekolah dan kemajuan siswa dapat berlangsung secara teratur.
F. Mengenal
anak didik
Tak
salah lagi, guru yang bijak merasa wajib untuk mengenal siswa dengan baik.
Tanpa itu, amat sulit bagi anda untuk membuat keputusan yang terkait dengan pembelajaran
yang akan anda pilih. Uraian berikut ini diambil dari Dot Walker (1995) sebagai
bahan pertimbangan bagi anda.
1. Pertanyaan
salah tatau betul.
a. Keberagamaan
atau diversity adalah kreatif?
b. Ethnicity
adalah sesuatu yang berkaitan dengan di mana anda tinggal?
c. Diskriminasi
perlu ditantang?
d. Pengajaran
hendaknya sebagai respons terhadap konteks social dan cultural?
e. Warga
Negara yang aktif dan informed
(mempunyai informasi yang benar dan lengkap) adalah yang mengerti mengenai
politik dan pemerintah?
f. Anak
didik yang cacat tidak belajar sebaik anak-anak yang normal?
g. Para
guru perlu menghadapi tantangan (challenge) dan mempunyai harapan yang
realistis terhadap semua siswa?
h. Satu
bagian terpenting dalam pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu dalam
merespons perubahan yang terjadi?
2. Gaya
belajar
jika
anda amati dengan saksama bagaiman siswa-siswa anda nbelajar maka anda sampai
pada empat gaya belajar.
a. Active learners atau pembelajaran
aktif
Siswa yang
termasuk kategori ini tidak suka menggunakan buku petunjuk. Mereka lebih senang
mencari sendiri, trial and error,
coba-coba, bagaimana mengoperasikan alat tersebut.
b. Structured learners
atau pembelajaran terstruktur
Siswa termasuk
kategori ini mengikuti satu per satu, langkah demi langkah sebagaimana yang
tercantum dalam manual.
c. Pembelajaran personal
Siswa termasuk
kategori ini lebih senang belajar dengan cara berbincang-bincang dan bertanya
pada orang lain.ia memerlukan seseorang berada di sampingnya.
d. Pembelajaran terfokus
Siswa kategori
ini senang dengan adanya tantangan. Dengan atau tanpa menggunakan manual ia
ingin melakukan sesuatuyang memukau, di luar dugaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar